Inilah yang menginspirasi Tjandra Purnama Edhi merintis usaha suvenir khas Malang dengan merek Soak Ngalam. Bahasa walikan dijadikan ciri khas produk yang ia jual. Jadi, ia mencetak kata-kata unik pada kaos, jaket, topi dan tas buatannya.
Pria yang akrab disapa Tjandra ini bercerita, ide membuat Soak Ngalam berawal dari keinginan mempromosikan budaya khas Malang kepada wisatawan. "Saya ingin melestarikan keunikan kota Malang, seperti bahasa Malangan atau biasa disebut boso walikan. Kata-kata dalam bahasa ini dibaca secara terbalik, tetapi tidak semua kata dapat diartikan secara terbalik," tutur pria kelahiran 44 tahun silam ini.
Beberapa kata yang kerap digunakan Tjandra misalnya genaro yang artinya orang. Ojir yang identik dengan kata uang. Lalu, kalimat oges lecep wis sibun, yang berarti nasi pecel sudah habis.
Lewat Soak Ngalam, Tjandra ingin memberikan cenderamata yang tahan lama, simpel, namun tetap mempunyai kesan tentang keberadaan Kota Malang kepada para pelancong. "Selama ini yang menjadi ikon Kota Malang hanya makanan seperti apel, bakso, dan keripik. Belum ada suvenir seperti ini," klaim Tjandra.
Selain itu, melalui produk-produk Soak Ngalam, pria lulusan Universitas Brawijaya ini ingin mengobati kerinduan masyarakat Malang yang kini menetap di luar kota. Bahkan, menurutnya, cara ini sekaligus bisa menggugah dan memperkenalkan keunikan bahasa Malangan kepada generasi muda yang mungkin sudah tidak lagi mengenal bahasa tersebut.
Setelah empat tahun berjalan, usaha yang dirintis Tjandra semakin berkembang. Kini, ia sudah memiliki dua gerai, yang berlokasi di Jalan Kawi Atas 24 dan Jalan Raya Mulyoagung 03.
Setiap produk didesain secara unik dengan menggunakan basa walikan. Menurutnya, dalam sebulan Soak Malang bisa mengganti desain hingga dua kali. Ini dilakukan supaya produk suvenirnya selalu tampil gres. Bahkan, saat akhir pekan, Soak Ngalam kerap memberikan desain limited edition hanya 100 pieces.
Rata-rata satu lembar kaos Soak Ngalam di banderol Rp 60.000 - Rp 70.000. Khusus untuk anak-anak dipatok seharga Rp 60.000. Adapun, untuk desain khusus, seperti konsep glow in the dark, harga kaos bisa mencapai Rp 80.000 per lembar.
Tjandra mengaku, dalam sehari, Soak Ngalam bisa menjual sekitar 40 hingga 50 kaos. Ditambah produk-produk lainnya. Makanya, ia bisa meraup omzet sekitar Rp 120 juta per bulan.
Omzetnya bisa melejit, jika sedang musim liburan sekolah atau hari raya. Malahan, pada momen-momen seperti itu, Tjandra bisa memproduksi 1000 lembar kaos sebulan.
Kesuksesannya membangun Soak Ngalam dan melestarikan keunikan Malang, menghantarkan Tjandra meraih penghargaan industri kreatif dari Pemerintah Kabupaten Malang. "Saya dinilai mampu mengangkat budaya Malang," ucapnya.
Pembajakan bikin populer
Meskipun perjalanan bisnis Soak Ngalam baru menginjak tahun kelima, tetapi produk-produk kaos kreatif ini sudah banyak diburu para pelancong yang datang ke Malang, Jawa Timur.
Kaos kreatif milik Tjandra Purnama Edhi ini memiliki ciri khas unik, yaitu membalik kata alias boso walikan. Boso walikan ini biasa disebut bahasa Malangan yang sudah populer di kalangan anak muda di Malang.
Kendati sekarang sukses meraup omzet ratusan juta dari usaha ini, bukan berarti perjalanan bisnis Tjandra selalu berjalan mulus. Tjandra menuturkan, salah satu kendala utama di bisnis ini adalah maraknya aksi penjiplakan atas produk kaos kreatif rancangannya. "Pernah ada yang menjiplak dengan sablonannya sendiri dan memakai merek Soak Ngalam," ujarnya.
Aksi penjiplakan itu tentu sangat merugikan bisnisnya. Sebab, produk jiplakan itu menggunakan bahan berkualitas rendah sehingga menurunkan kualitas produknya. "Tetapi untuk saat ini orang sudah bisa menilai mana yang asli atau palsu," tutur pria kelahiran Surabaya, 44 tahun silam ini.
Tjandra mengaku ada sisi positifnya juga dari aksi pembajakan itu. Menurutnya, aksi penjiplakan itu membuat produk Soak Ngalam menjadi lebih di kenal di pasaran. Namun demikian, bukan berarti Tjandra tinggal diam. Untuk menghindari terulangnya aksi penjiplakan, ia memutuskan membuka gerai.
Dia bilang, penjiplakan dilakukan karena di tahun 2008 ia hanya memasarkan produk Soak Ngalam di toko-toko aksesori klub sepakbola Arema Malang. "Di tahun 2009, saya buka gerai di Kota Malang, dan pelancong tahu bahwa yang asli ada di gerai ini," ungkapnya.
Dengan memiliki gerai sendiri, ia berharap tidak ada lagi yang bisa mengklaim atau menjiplak karyanya. Keuntungan lain dari membuka gerai membuat penjualan produknya melejit.
Kini, ia sudah memiliki dua gerai yang berpusat di Kota Malang, tepatnya di Jalan Kawi Atas 24 dan Jalan Raya Mulyoagung 03. Untuk memasok kaos ke dua toko ia mempekerjakan sekitar tujuh pengrajin.
Selain di gerainya sendiri, ia juga masih rajin memasok kaos ke toko-toko Arema Malang. "Dalam sebulan 200 pieces langsung habis, malahan bisa habis dalam waktu seminggu," ucapnya.
Tjandra juga rajin memasarkan produknya melalui internet. Bahkan, dia juga membuat website khusus untuk memasarkan produknya.
Selain itu, pemasaran juga dilakukan dengan mengikuti pameran-pemaran wirausaha di seputar Kota Malang. Dengan harga yang lebih murah dibanding kaos-kaos distro, produk kaosnya suskes menggaet banyak pembeli. "Segmen kami tetap anak-anak muda yang suka kaos dan lebih senang dengan budaya bahasa Walikan Malang yang kembali update," katanya.
Untuk menggenjot penjualan, Soak Ngalam juga berencana untuk terus memperbesar tokonya demi kenyamanan pembeli. Dengan dibantu delapan karyawan, Tjandra bisa membuat hingga 10 desain kaos terbaru yang disesuaikan dengan tren di kalangan anak muda. (Pratama Guitarra)
Editor | : Erlangga Djumena |
Sumber | : KONTAN |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar